Jumat, 04 Maret 2016

Memaksa~

Memang benar kau bisa menyentuh air yang menyejukkan itu, tapi beberapa saat kemudian air itu akan segera berlari keluar dari sela-sela jarimu. Hingga kau sadar bahwa sudah memaksa takdir yang seharusnya tidak kau genggam, ia diciptakan bukan untuk disimpan di tangan. Sebesar apapun usahamu tak akan pernah bisa mengubah perintah yang sudah ditetapkan. Jika kau terus nekat maka sakit lah yang akan selalu di rasakan.
Seperti awan indah dilangit itu. Sekalipun punya sayap, kau tak akan pernah bisa menggenggamnya.

(Masuk ke bab tiga. Pelajaran hidup di tahun 2016. Wahai diri selalu ku katakan. Yang baik menurutmu belum tentu baik menurut Allaah. Yang buruk menurutmu belum tentu buruk menurut Allaah. Ketahuilah, Setelah hujan deras sore tadi ada pelangi indah yang datang. Lihatlah takdir Allaah indahkan? ^_^ )

Amperaku~

Amperaku~

Pagi tadi hujan. Ada pertanyaan nakal menggantung di kepala. Amperaku bagaimana kabarmu jika ribuan air itu menyerang?. Basah kuyup kau tetap berdiri tegar. Panas terik juga kau tetap bertahan.
Kau pernah bercerita, perihnya ketika menjadi saksi hidup yang menyakitkan. Melihat mereka terjun dari dirimu, meneriaki kehidupan yang tidak mereka terima. Lalu pergi ke alam sana, takkan pernah kembali selamanya. Kau mengeluh keras saat itu.
Tapi amperaku. Entah kau sadari atau tidak. Takdirmu begitu indah. Aku iri padamu. Kenapa? Karena kau bisa menghubungkan daratan ke daratan. Menompang mereka yang memiliki harapan. Membiarkan kaki-kaki itu melewatimu, untuk sebuah tujuan. Kau adalah pengantar cita-cita yang mulia :') seperti yang sering mereka panjatkan. Apa? Yaitu doa. ;)

(Episode hujan mengguyuri kota Palembang, dari pagi tadi sampai sore hari. Membuat aku banyak meminta padaNya. Berbisik lirih tentang mimpiku. Mimpi yang selalu ku tunda dan mimpi di tahun 2016. :')
*apa yang kau pinta saat hujan datang?)