Sabtu, 30 Januari 2016

~Nadin

Yang terlihat sekarang adalah bayang-bayang seseorang yang tidak jelas dimata, tertutup embun yang sebentar lagi akan jatuh kebawah, air itu akan segera terjun dari kedua lensa mata, membuat pipinya yang merah basah karena sebuah keputusan barusan didengarnya, 'tak bisakah kita bicarakan lagi?.." pinta nadin setengah memohon karena tak percaya dengan apa yang barusan terjadi.

Tapi Zaid terus saja berlalu meninggalkan wanita yang bersama dengannya selama 1 tahun ini. Nadin memang sudah lihat perubahan zaid selama 1 bulan terakhir, tidak pernah lagi menelfon, sms jarang, tidak pernah mengajak jalan, kalau diajak jalan selalu banyak alasan, dan yang paling menyakitkan sifat Zaid berubah cuek padanya.

"Maafkan aku.. Tapi seperti yang sudah ku jelaskan jalan kita ini salah, memang aku yang lebih dulu menawarkan cinta padamu, maafkan aku mengajakmu pada hubungan terlarang ini, aku sadar hubungan ini tidaklah halal, cinta ini belum saatnya tumbuh, aku takut padaNya, sungguh hubungan kita terus menghantuiku, aku ingin hijrah.. Seutuhnya hijrah.. Aku ingin kita menyudahi semuanya, ku mohon doa kan aku agar istiqomah. Harus kuakui aku menyayangimu Nadin.. Tapi cara sayangku ini malah akan menjerumuskan kita ke api Nya, sudah lama aku memikirkan ini dan terakhir rasa gelisaku terus menyerang dan aku tersadar artinya harus segera ku sudahi tali ikatan ini, tali yang akan membuat kau dan aku sengsara di akhirat nanti.. Ku harap kau juga mau hijrah.. Ini jalan yang terbaik untuk kita, kita harus sama-sama melepaskan, biar takdirnya nanti yang mempertemukan lagi jika memang sudah suratan, jika tidak maka yakini itulah yang terbaik untuk kita berdua.." kata-kata Zaid teringat jelas di ingatan Nadin.

"Allaah.. Aku juga ingin hijrah.. Juga mau menjadi baik tanpa harus terus bermaksiat, bantu aku untuk berubah.." sesak dadanya sambil tertatih meminta pada yang Maha Pemilik Cinta..
(Flomairo Jannah)

Rabu, 27 Januari 2016

~wisudah

Angin sepoy-sepoy menerbangkan jilbab pink nya kearah kiri menyelami kicauan kami sore ini, menambah rasa nyaman yang menerangi, membuat diri ini tak ingin segera berlalu dari tempat kami duduk saat ini, begitu banyak cerita yang keluar dari mulut ini menghampiri telinga yang berbalut jilbab abu-abu yang aku kenakan, sedetik kemudian matanya berubah menjadi layu "susah sekali ukh.." katanya sambil menampakkan wajah sendu yang membuat aku makin penasaran ingin membuka tabir seraya menunggu kelanjutan cerita yang ingin dituangkannya pada diri ini yang kadang hanya bisa mendengarkan saja tanpa bisa mnasehatinya yang lebih faham dari aku tentang hidup ini, "sudah kuyakinkan.. Alhamdulillaah pada akhirnya setelah sekian lama perdebatan kecil kami lakukanmereka maupun menuruti mauku apa.." katanya sambil menatap langit senja yang tampak begitu indah dimata. Dia bercerita tentang susahnya untuk tetap istiqomah pada saat sedang yudisium dan wisudah, susahnya istiqomah dengan balutan syar'i yang selama ini ia pakaikan, dia yang ingin tetap menggunakan jilbab syar'i membuat keluarganya menentang karena nanti tidak terlihat 'modis' di khalayak ramai, 'sehari ini saja kurasa tidak apa-apa bila kau harus mengenakan jilbab bergaya yg tidak menutup dada' kata ibu dan ayuknya masih membujuknya agar menurut saja, "sesak sekali rasanya dadaku ukh.. Mau cara apa lagi agar mereka faham bahwa syariat itu dijalankan bukan pada saat tertentu saja tapi pada saat kapan saja, aku terus berdoa pada Allaah agar hati mereka dilembutkan, dan saat mataku mulai merah pertanda ingin menangis akhirnya mereka mengalah juga, dan akhirnya mereka menurut dengan permintaanku berdandan ala kadarnya saja dan berjilbab tetap syar'i, agar hari  yudisium dan wisudaku keberkahannya kuraih dan keridhoanNya kunanti, kau harus fahamkan keluargamu dr skarang ukh.." nasehatnya padaku sambil kuingat saat wisudanya aku tak bisa menemani karena aku yang masih KKN diluar kota, sambil meminta maaf dia membalasku dengan godaan "tak apa ukh.. Karena ukhuwah kita lebih mesrah dari bulan yang menemani malam.." balasnya dan akupun tertawa mendengarnya sejak kapan dia jadi puitis begini? :D

Selasa, 26 Januari 2016

~memaksa

Memang benar kau bisa menyentuh air yang menyejukkan itu.. Tapi beberapa saat kemudian air itu akan segera berlari keluar dari sela-sela jarimu hingga kau tersadar bahwa kau sudah memaksakan takdir yang seharusnya tidak kau genggam, ia diciptakan bukan untuk disimpan ditangan.. Sebesar apapun usahamu tak akan pernah bisa mengubah perintah yang sudah ditetapkan.. Jika kau terus nekad maka sakit lah yang akan selalu kau rasakan..
*
*
*
Pernahkah kau memaksakan sesuatu? Aku pernah, sebut saja namaku fina mahasiswa yg masih aktif kuliah, usia yang masih labil dan keadaan yang ikut-ikutan menghantarkanku pada penyesalan sampai sekarang. Saat itu entahlah semua orang sibuk ingin memancungkan hidungnya. Sampailah pada genk kami yang tak mau kalah eksisnya, karena diantara mereka akulah yang paling blagu saat itu memutuskan untuk oprasi plastik pada hidungku, temanku antusias mendengarnya berita itu tersebar kemana-mana secara cepat kilat sampai malu sekali jika operasi itu tidak kulakukan karena semua orang disekelilingku menunggu hasilnya, kedua orangtua ku tidak tahu itu semua sampai kutemui dokter yang 'katanya' mengerti masalah operasi plastik pada wajah dengan uang yang cukup kulakukan operasi itu, dokter itu sering sekali menyuntikkan sesuatu ke wajahku sampai sekitar tiga hari yang katanya akan memancung sendiri tapi hidungku malah terlihat bonyok dan koreng disekitar wajahku. Kutemui dokter itu meminta pertanggung jawaban, memang akhirnya dia bertanggung jawab tapi percuma saja wajahku tak bisa semulus yang dulu, kini bonyok dan bekas korengnya masih ada. Kata dokternya butuh beberapa kali operasi dan butuh waktu lama untuk bisa mengadakan operasi lagi. Kini hanya tinggal malu dan sesal yang terus kurasakan. (Kisah nyata orang lain namanya disamarkan). "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (Qs.31:12)

Senin, 25 Januari 2016

~Seikhlas Tanah

'Bahkan hujan saja tak sudi datang padahal jelas langit mulai menghitam pekat.. Pertanda mendung bersarang mempersilakan rintian air untuk datang menyerang.. Namun ada ap dengan hari ini? Seolah semua tak bersahabat mengerti apa yang aku keluhkan pada tanah yang kupijakkan didepan mata.. Kenapa kau tak pernah protes? Skali saja kau harus mengungkapkan kalau kau sakit diinjak-injak oleh kaki manusia, dimanfaatkan oleh makhluk yang ada dibumi oleh hewan dan bahkan tumbuhan yang terus berkembang. Kenapa kau diam saja membiarkan dirimu digali lalu dimasukan lagi untuk kehidupan tanaman yang kata mereka menambah oksigen, kenapa kau selalu terlihat bijaksana dan tegar saat kau tak pernah menerima pujian dan terimakasih oleh mereka yang setiap hari hidupnya bisa dilalui karena kehadiranmu' protes flo pada tanah didepan rumahnya mewakili perasaannya yang kecewa pada teman-temannya karena kesalah pahaman yg terjadi, ayuknya Lia hanya senyum cikikan saja melihat adiknya yang sudah seperti orang gila didepan rumah.
Tap..tap.. Suara langkah kaki ayuknya datang 'karena tanah ingin mencuri perhatian RabbNya, ia meletakkan kata ikhlas didepan setiap hari yg dilaluinya bahkan ketika ia disakiti dan diinjak oleh semua manusia, karena tanah juga bahagia ketika keikhlasannya membuahkan kebahagiaan bagi semua makhlukNya mereka berkembang dan tumbuh hidup senang dan tanah diam-diam bersyukur karena bisa bermanfaat bagi yang lainnya, tanpa ia sadari RabbNya ikut tersenyum melihat tingkah tanah yang tidak penah makhlukNya ucapkan terimakasih tapi dia terus saja memberi dan memberi.."
DHEG!
Jawaban ayuknnya serasa memukul Flo yang lupa bahwa ikhlas harusnya selalu digandengkan dengan semua aktifitas yang dia lakukan setia hari..

Minggu, 24 Januari 2016

~apa artinya kebebasan jika aku terus merindukanmu??..

Dibentangnya sejadah lalu sholat di sepertiga malam, berharap tahajudnya kali ini bisa melepas rindu dihatinya, pada super hero yang terkadang menjadi teman bertengkar paling asik baginya. zalfa dan ayuknya ika hanya tinggal berdua, ayah dan ibu mereka sudah meninggal sejak dulu ketika zalfa umur 5 tahun dan ayuknya berumur 12 tahun, mereka tinggal dengan paman dan bibi saudara dari pihak ayah, tapi karena kehidupan yang 'numpang' membuat mereka tidak betah sampai ayuknya memiliki pekerjaan paruh waktu saat SMA lalu mereka pindah ngekos sendiri. Sebelum tidur kebiasaan mereka adalah bercerita dulu saling mendeskripsikan apa saja yang mereka lakukan seharian ini sampai akhirnya capek sendiri dan merekapun terlelap tidur dikamar yang sama. Dulu saat zalfa tak bisa mengerjakan sesuatu ayuknya datang menyelesaikan pekerjaan itu, saat zalfa menangis merindukan ayah dan ibunya ayuknya hadir menjelma sebagai ayah sekaligus ibu baginya, saat zalfa kekurangan uang biaya sekolah entah dari mana ayuknya akan segera melunasi itu semua, 'my sister my hero' itu lah yang slalu zalfa katakn pada teman-temannya. Sampai jodoh ayuknya mengetuk pintu rumah mereka, hingga pernikahan itu berlangsung dengan syahdu. Zalfapun memilih tinggal diasrama saat masuk kuliah, alibi tak ingin merepotkan ayuknya yg sdah berumah tangga, alasan sesungguhnya karena ia memimpikan kehidupan tenang dan mandiri tanpa ayuknya yang cerewet setiap harinya. 1 minggu biasa saja, 2 minggu berlalu begitu saja, sampai 3 minggu Zalfa menangis tersedu dikeheningan malamnya, sampai dia sadar "apa arti kebebasan jika aku terus merindukanmu? Ayuk ikaku.." panggilnya lirih pada ayuk yang slama ini menemaninya.. 'Sudah 3 minggu tapi aku masih belum terbiasa tanpamu.. Disini tak ada yang cerewet sepertimu, tak ada yang perhatian sepertimu, dan tak ada yang selembut dirimu.. Ayuk ika apa kabarmu?' bayangan super heronya melayang kesudut ruang kamarnya. Sambil mengingat hadist nabi "Allah turun ke langit dunia setiap malam pada 1/3 malam terakhir. Allah lalu berfirman, Siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan! Siapa yang meminta kepada-Ku niscaya Aku beri! Siapa yang meminta ampun kepadakepada- Ku tentu Aku ampuni" (HR. Bukhari). 'Allaah sampaikan rinduku padanya..' doa zalfa menggema dihatinya..

Sabtu, 23 Januari 2016

~apii

"Ini sayuran dan jagung dari mama.." ucap Ria pada bu Ina tetangga mereka, itu adalah kantong terakhir yang Ria bagikan pada tetangganya yang paling ujung.. Itulah kebiasaan mama Ria membagi apa saja yang dia punya, memiliki kebun yang baru sekitar 3 bulan dia kelola membuat mama Ria riang dan sibuk setiap harinya, dia lebih suka berada dikebunnya dari pada dirumah untuk bersantai ria.. Setelah panen hatinya girang tak terkira, memasak sayur dan memakan buah hasil dari kerja keras sendiri lebih terasa nikmatnya tak lupa juga mama Ria membagikannya pada tetangga sekitar rumah mereka. Lalu bagaimana respon mereka? Ada yang senang mendapat sayur dan buah, tapi tak semua ternyata begitu ada juga yang menanggapi dengan negatif, pasalnya pagi tadi entah kabar dari burung mana yang berkicau hingga sampailah ke telinga di rumah ini bahwa ada tetangganya yang mengatakan mama Ria membagi itu semua hanya untuk pelampiasan saja hanya untuk menyombongkan bahwa sudah memiliki kebun baru sekarang.. Ria jelas marah mendengarnya, 'kenapa? Tidak bisakah satu kali saja tak ada gosip yang beredar? Aku ingat dulu.." Ria meledak-ledak tapi mama  langsung mendiamkan mulutnya "begitulah hidup nak tak semua orang suka dengan kita dan tak semua juga membenci kita, yang penting Allaah maha tahu niat baik kita.. Dan juga Tak penting tanggapan mereka yang penting Allaah mencintai kita" sekak mama ria berusaha meredamkan emosi anaknya "mama masih ingatkan waktu kita membagikan bakso pada tetangga kita yang menyebarkan gosip itu? Waktu kita membagikan bakso pada tetangga-tetangga kita Dia bilang tak suka bakso tak mau menerima makanan yang kita bagikan tapi  anaknya biilang mau menerima bakso itu dan langsung dimakan, tak lama dari itu ibunya itu bilang 'coba riski ibu cicip baksomu itu..' ah.. Dasar semua orang sudah tahu jahatnya dia.." jengkel Ria masih membara-bara hingga dikeluarkannya lah ucapan maki itu, setelah mengatakan itu semua dipandangnya wajah mamanya yang menatap tajam karena marah dengan apa yang dikatakan Ria barusan. "Iya ma maaf.. Tak akan kuungkit-ungkit lagi.." nada Ria menyesal karena dari dulu mamanya slalu mengajarkan api jangan dibalas api karena akan semakin berkobar, tapi  api di balas lah dengan air maka api itu akan segera padam..

Flomairo Jannah

Jumat, 22 Januari 2016

~Jilbab syar'i

Warna hitam tidak ada.. Warna ungu tidak ada.. Warna coklat tidak ada.. Warna abu-abupun tidak ada.. Jilbab-jilbab langsungan nana yang syar'i biasa digantungnya di kamar tidak ada semua, sudah bisa ditebak.pasti dipakai teman-teman kosannya semua.. Nana hanya tersenyum senang sekaligus mencari dimana jilbab langsungannya yang tersisa satu-satunya yaitu jilbab panjang dan tebal warna pink. Baru sudah nana pulang dari kuliah dan sekarang mau menyusul teman-temannya yang sedang merujak dibawah pohon jambu menikmati suasana tamasyah kata mereka, setelah dipakaikannya jilbab pink itu langsung dia berjalan menuju taman tamasyah ala mereka bertujuh yang dari awal ngekos 1 rumah memiliki latar belakang daerah yang berbeda-beda, jurusan yang bercampuran, tapi universitas yang samalah membuat mereka menyatu di kosan itu. "Nana.. Sini.." panggil wiwin setelah jarak nana sudah hampir dekat dengan tempat rujak mereka, nanapun mempercepat langkahnya sambil diperhatikannya wiwin, lala, ati, dan septi memakai jilbab langsungan syar'i miliknya. Masih sangat jelas memorinya ketika dimasjid saat sedang menunggu isya' tiba mereka bertujuh duduk bersama diatas sejadah masjid itu, pipit membuat pernyataan yang indah kala itu "rasanya adem sekali menggunakan mukenah ini, tidak ingin dilepas lagi inginnya" dan yang lainpun menimpali hal yang sama juga, kemarin siang ketika kami sedang kumpul dikosan, tiba-tiba  wiwin yang akan kewarung bilang "nana.. Pinjam jilbab hitammu ya.." tanyanya sambil menunjukkan jilbab hitam panjang yang nana punya, nana sumringah mendengarnya, "iya silakan win.." jawab nana sambil mengangguk senang, dan yang lain pun antusias ingin menggunakan jilbab syar'i juga. Jadilah mereka berenam bergantian meminjam dan mencoba jilbab syar'i nana.. Setelah itu mereka selfi bersama.. "Aku dari dulu ingin pakai jilbab syar'i tapi rasanya belum siap terus.." proklamasi dari Lala membuat yang lain juga berkata begitu.. Hanya nana yang terlihat bingung menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan mereka seputar jilbab syar'i.. "Hidayah itu mahal.. Sekali kau ingin pakai jilbab syar'i, sekali hidayah itu datang segeralah sambut, karena tidak semua orang mau pakai jilbab syar'i, Allaah memberikan hidayah itu pada orang-orang istimewah, maka pantaskanlah diri untuk jadi orang yang memang pantas mendapat hidayah dariNya"