Minggu, 20 Desember 2015

~telfon ibumu..


"Nak sini.. Main kerumah ibu nak.." panggil seorang ibu yang duduk di teras rumahnya seraya memanggil kami yang sedang berjalan pulang, karena sudah dipanggil jadilah aku dan fatimah mampir kerumahnya..kami salami lalu berbincang bersama.. "Kalian baru pindah ya nak? Dari mana?" tanya nya penasaran " iya bu.. Kami dari palembang" jawab fatimah, "rumah ini sepi nak, anak ibu sudah nikah di luar kota semua dan yang bungsu lagi di Palembang menimbang ilmu bidang perawatan disana, bapak ke sawah dan ibu sendirian dirumah, kadang ibu menangis sendirian karena rindu dengan anak-anak dan cucu, tapi mau gimana lagi memang keadaanya seperti ini, ibu cuma bisa mendoakan saja.." ungkap bu murni yang bercerita pada kami, "ibu cuma bisa diam saja dirumah, acara tv juga gitu-gitu aja.. Nak kalian boleh kalau mau menginap disini merewangi ibu dan bapak disini.. Lihatlah rumah ini gede tapi gak ada orangnya cuma ramai pada saat lebaran idul fitri saja.." lanjut bu murni lagi, aku dan fatimah mendengarkan saja curhatan bu murni yang terlihat sekali rasa rindunya terhadap anak-anaknya terutama pada anak bungsunya yang katanya sebaya dengan kami dan menggunakan jilbab juga seperti kami, ditunjukkannya foto jelita anak bungsunya itu pada kami, kulihat matanya bebinar lalu berembun dan menetes satu persatu ketika dia bernostalgia membicarakan keinginan anak nya dulu yang mau melanjutkan kuliah, karena ingin mengangkat derajat orang tuanya yang petani dan ingin lebih baik dari ibu dan bapaknya, saat kulihat air dr mata bu murni jatuh yang kuingat adalah mamaku dirumah, ingat sekali ketika aku sebelum berangkat kuliah menyuruh mama istirahat saja dirumah tidak usah kekebun karena sakit rematik kakinya yang susah berjalan, tapi dengan keras mama tetap pergi juga. 'Ma ini kah alasan mama juga? Lebih memilih kekebun membantu papa disana dari pada dirumah karena sepi dan sendirian? sebab kami ke5 anak mama siang hari sibuk ke sekolah, kuliah, dan kerja?' ini kh yang mama rasakan menangis sendirian dirumah mengingat kami yang terlalu asik dengan dunia kami tanpa memperhatikan? Bahkan menanyakan sudah makan belum saja tak pernah?' aku dan fatima juga menangis mungkin fatima juga merindukan mamanya dirumahnya.. Setelah pulang fatimah bicara padaku "sintia.. Telfon ibu mu mungkin sekarang sedang merindukanmu.. Kamu harus bersyukur masih bisa berbicara dengan ibumu.." ucapnya sambil mengusap air mata yang semakin deras jatuh..

Flomairo Jannah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar